kursor

Cute Rocking Baby Monkey

Kamis, 09 Mei 2013

BATIK TULIS BAKARAN



A.    Sejarah Batik Tulis Bakaran

Batik Bakaran merupakan salah satu bentuk hasil kebudayaan yang berasal dari kabupaten Pati. Batik bakaran adalah salah satu hasil kerajinan masyarakat di Desa Bakaran, baik Bakaran Wetan maupun Bakaran Kulon kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Tetapi yang menjadi sentra dari batik Bakaran adalah wilayah Bakaran Wetan. Adanya batik Bakaran tidak terlepas dari sejarah asal berdirinya Desa Bakaran Wetan dan Bakaran Kulon itu sendiri.
Batik Bakaran pertama kali diperkenalkan oleh Nyi Banoewati pada abad ke 14. Nyi Banoewati bersama dengan tiga saudaranya yaitu Ki Dukut, Ki Truno dan Ki Dalang Becak. Keempat saudara tersebut merupakan penjaga pusaka kerajaan Majapahit. Mereka berempat terhimpit oleh desakan kerajaan Demak yang merupakan kerajaan agama Islam yang menyerang kerajaan Majapahit. Sehingga Nyi Banoewati, Ki Dukut, Ki Truno dan Ki Dalang Becak melarikan diri menyusuri Pantai Utara Jawa Timur dan Jawa Barat. Di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Barat Nyi Banoewati, Ki Dukut, dan Ki Truno berpisah dengan Ki Dalang Becak karena Ki Dalang Becak menetap di daerah Tuban.
Nyi Banoewati, Ki Dukut dan Ki Truno kemudian melanjutkan perjalanan hingga ke kawasan rawa- rawa yang penuh pohon druju. Di kawasan rawa- rawa tersebut Nyi Banoewati dan ke dua saudaranya membuka lahan sebagai tempat persembunyian mereka. Nyi Banoewati dan Ki Dukut kemudian membabat rawa tersebut, karena Ki Dukut adalah seorang laki- laki maka dia lebih cepat dan memiliki daerah lebih luas dari Nyi Banoewati. Tidak terima dengan daerah Ki Dukut yang lebih luas maka Nyi Banoewati melakukan perjanjian dengan Ki Dukut yaitu melakukan pembakaran tebu yang bertebaran di kawasan tersebut. Daerah pembakaran tebu terakhir itulah yang akan menjadi daerah Nyi Banoewati. Akhirnya daerah Nyi Banoewati lebih luas dari daerah Ki Dukut. Sehingga kawasan Ki Dukut dinamakan Dukutalit yang merupakan daerah perbatasan sebelah Timur dari Desa Bakaran Wetan. Dukutalit sendiri berasal dari kata pedukuhan alit atau pedesaan kecil. Dan Daerah Nyi Banoewati yang lebih luas kemudian sebagian daerahnya diberikan kepada Ki Truno yang tidak mau membabat alas. Daerah yang diberikan kepada Ki Truno dinamakan Bakaran Kulon dan daerah Nyi Banoewati dinamakan Bakaran Wetan.
Nyi Banoewati kemudian mendirikan sebuah pemukiman di kawasan Bakaran Wetan. Untuk menutupi penyamarannya kemudian Nyi Banoewati mengganti namanya menjadi Nyai Ageng Siti Sabirah. Dia juga mendirikan sebuah masjid tanpa mihrab yang disebut Sigit. Di pelataran Sigit inilah Nyi Banoewati melakukan aktivitas membatik. Yang kemudian diajarkan kepada kepada masyarakat di daerah Bakaran.



B.     Motif Batik Tulis Bakaran

Batik Bakaran memiliki motif klasik dan modern. Motif klasik memiliki ciri khas yaitu berwarna hitam, putih dan cokelat.

1.      Motif Klasik
Ciri- ciri motif klasik:
1.      Ragam hias motif ular, barong, geometris, pagoda.
2.      Setiap coraknya memiliki arti simbolik
3.      Mempunyai warna cenderung gelap ( putih, hitam, cokelat kediaman)
Macam- macam motif klasik:
a.       Gandrung
Motif gandrung merupakan salah satu motif yang dicetakan sendiri oleh Nyi Banoewati. Ketika dia merindukan kekasihnya yaitu Joko Pakuwon, Joko Pakuwon berhasil menemukan Nyi Banoewati sehingga menyebabkan kegembiraan dalam diri Nyi Banoewati. Dari kegembiraannya tersebut tidak sengaja tangannya menuliskan sebuah corak dalam batikannya. Gandrung sendiri berarti adanya rasa gandrung atau senang serta kerinduan.

b.      Sido Mukti
Bila diterjemahkan dalam bahasa Jawa sido berarti jadi atau menjadi dan mukti berarti mulia. Jadi dalam makna yang terkandung dalam batik sido mukti berarti menjadi mulia. Batik sido mukti sering digunakan dalam upacara pernikahan di daerah Pati. Di mana kedua mempelai memakai batik sido mukti dengan harapan kelas pada saat mengarungi bahtera rumah tangga akan menjadi orang yang mulia dan serba kecukupan.

c.       Magel Ati
Magel ati dalam bahasa Jawa berarti menyakitkan hati atau hati merasa kesal. Arti dari motif ini sendiri adalah adanya cecekan silang merupakan suatu simbol yang salah namun masih diugemi oleh masyarakat. Sedangkan  terkotak- kotak maksudnya kaum muda dalam berjuang janganlah terkotak- kotak atau terpecah- pecah karena hasilnya tidak akan baik.

d.      Liris
Liris diciptakan dari inspirasi hujan. Liris sendiri berasal dari hujan rintik- rintik. Motif  udan liris mengajarkan kepada kita generasi penerus bangsa untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi kendala, tetapi justru sebaliknya bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.

e.       Manggaran
Manggaran berasal dari kata manggar yang berarti bunga kelapa dalam bahasa Jawa. Kelapa yang memiliki banyak kegunaan dan keunikan dalam pertumbuhannya mempunyai makna supaya dalam kehidupan kita sebagai manusia harus berguna bagi siapa saja. Selain itu manusia diharapkan dapat menganut tumbuhan kelapa.

f.       Sido Rukun
Dalam bahasa Jawa sido berarti menjadi dan rukun berarti rukun atau damai. Sehingga dalam batik motif sido rukun berarti menjadi damai. Makna dari motif ini adalah supaya kita senantiasa tetap rukun dan damai dalam bermasyarakat.

g.      Padas Gempal
Padas adalah batu karang sedangkan gempal adalah gumpalan. Sehingga padas gempal berarti gumpalan batu karang. Dalam motif padas gempal tergambar bermacam- macam bentuk gumpalan batu karang hal ini memiliki makna bahwa dalam hidup pastilah terdapat suatu perbedaan dalam keberagaman tetapi padas gempal yang ada menimbulkan suatu keindahan tersendiri. Hal ini dengan adanya keberagaman akan menimbulkan keindahan dalam hidup.

h.      Kedelai Kecer
Dalam motif kedelai ecer menggambarkan kedelai yang tercecer dari tempatnya. Hal ini memiliki simbol dari kesejahteraan masyarakat yang akan mendapatkan rezeki yang melimpah.

i.        Kawung
Dalam motif kawung memiliki bentuk dasar oval yang hampir menyentuh satu sama lain secara simetris. Kawung yang berati buah aren sebagai penghasil gula yang menyimbulkan rasa manis, memiliki filosofi keagungan dan kebijaksanaan yang tinggi. Pohon yang lurus tanpa cabang menyimbolkan kejujuran dan kedisiplinan.

j.        Gunung- gunungan
Motif gunungan ini mengandung filosofi kehidupan yang dalam. Dengan mengambil simbol sebuah  gunung melambangkan sebuah kebesaran. Gunung yang merupakan bagian makhluk Tuhan yang mempunyai manfaat besar dalam kehidupan manusia. Gunung menggambarkan keaadaan yang tenang dan sejuk. Terkadang orang yang sering mengunjungi  gunung tingkat kesadarannya akan menghargai dan memelihara alam lebih tinggi di banding mereka yang tinggal di gemerlapnya dunia kota. Puncak gunung adalah tujuan para pendaki. Puncak gunung ini di gambarkan sebuah fokus yang harus dicapai. Dan setelah mencapainya akan merasa terkagum atas keindahannya. Hal itu mengingatkan pada kita semua bahwa untuk mencapai ke puncak itu membutuhkan perjuangan yang hebat dan beberapa pengorbanan, usaha dan tekad yang kuat. Gunung bisa mengilhami kepada dia yang mengunjunginya. Gunung berbentuk besar dan menjulang tinggi. Hal itu juga menyiratkan kita sebuah keinginan luhur. Semua orang pasti menginginkan kehidupannya terus menanjak seperti gunung. Namun untuk mencapai itu semua memerlukan usaha yang keras dan sungguh- sungguh.

k.      Bregat Ireng
Bregat mempunyai arti pohon besar dan ireng artinya keadaan gelap (suasana sedih). Motif ini khusus dipakai saat lelayu.

l.        Geringsing
Gringsing adalah motif sisik ikan. Merupakan hiasan sisik-sisik ikan. Pada Gringsing  ini motifnya semua berisi atau penuh, tidak ada bagian kain yang kosong. Simbol dari sebuah keindahan dan ketelitian oleh masyarakat pantai pesisir.

m.    Blebak Lung
Blebak (latar putih dengan pecahan / retakan warna soga). Lung  artinya pohon ubi jalar. Mengandung arti tak putus-putusnya. Harapannya adalah mendapatkan rizki yang tak putus-putus.

n.      Blebak Urang
Blebak Urang menggambarkan habitat udang. Masyarakat Juwana yang merupakan masyarakat pantai penghasil ikan. Disimbolkan urang (udang) karena masyarakat juwana banyak  yang menjadi petani tambak yang memelihara udang, ikan bandeng dsb. Selain itu menunjukkan sebagai sumber penghasilannya dan sumber penghidupan masyarakat pesisir Juwana.


o.      Blebak Kopik
Kopik dalam bahasa Jawa berarti kartu. Dalam kartu ada sesuatu yang dirahasikan. Hal ini berisi bahwa manusia harus mempunyai sebuah siasat/ strategi untuk menjadi yang terbaik/ yang terdepan.
     
p.  Limaran
Limbaran berasal dari kata samparan atau samar- samar.


2.      Motif Modern
Ciri- ciri motif modern:
a.       Ragam hias bebas binatang, tumbuhan, rangkaian bunga dll.
b.      Corak tidak mempunyai arti simbolik tertentu.
c.       Penggunaan warna bebas seperti biru, merah, ungu dsb.
d.      Motif tidak memiliki ciri khas daerah asal
Macam- macam motif modern :
a.      Motif Kembang Bintang Pecahan                  
 b.  Motif Kembang Bintang

c.       Motif Bunga Dwi Warna                                  
d.  Motif Anggek
e.       Motif Bunga Irengan
f.       Motif Bunga Matahari
g.      Motif Bunga Mawar Berduri                           
 h.  Motif Bunga Mawar
i.        Motif Enda Kembang                                                  
 j.  Motif Bunga Cinta  
j.        Motif Bunga Sutra                                                        
 k.  Motif Blebak bambu
l.        Motif Bunga Ungker                                                   
 m.   Motif Bunga Druju
n.    Motif Kembang Bakung                                           
 o.  Motif Kembang Mlati
o.      Motif Burung Cendrawasih                                      
 p.  Motif Burung Sepasang
p.      Motif Burung Merak 
q.      Motif Dua Kupu- kupu                                              
 r.  Motif Dua Kupu Bunga

s.      
Motif Manohara                                                              t.  Motif Cucak Rowo

t.       
Motif Burung Emas                                         u.  Motif Hujan Mas

v.     
Motif Kupu Gajah                                           w.  Motif Lung Kupu

x.     
Motif Mahkota                                    y.  Motif Manuk Glatik

z.      
Motif Juwono                                                  aa. Motif Sampek Intai

C.    Alat dan Bahan dalam Membuat Batik Tulis Bakaran

a.       Kain Mori
Merupakan kain yang digunakan sebagai dasar pembuatan batik.

b.      Canting
Terbuat dari tembaga yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menampung lilin dan di ujung belakangnya disambung dengan sebuah bambu kecil yang digunakan sebagai pegangan sehingga canting dapat digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori.

c.       Gawangan dan Bandul
Gawangan terbuat dari bambu atau kayu yang diujung kiri dan kanannya dikasih kaki dari bahan bambu/kayu juga sehingga membentuk sebuah gawang yang berfungsi untuk menyampirkan kain mori tatkala mau dilukis dengan canting dan fungsi bandul disini untuk memberi pemberat supaya kain tidak terbang ketika terkena angin.


d.      Lilin  atau Malam
Lilin adalah malam yang dicairkan yang digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori yang bertujuan untuk menutup kain mori sesuai motif yang diinginkan agar tidak terkena pewarna pada saat kain mori diwarnai sehingga kain yang tertutup lilin akan membentuk motif yang diinginkan pada saat lilin dihilangkan.

e.       Panci dan Anglo
Panci dan Anglo merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan lilin yang akan digunakan untuk membuat pola batik.

f.       Larutan Pewarna
Larutan pewarna bisa berasal dari sintetis atau alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pewarna alam merupakan zat warna yang berasal dari alam, baik dari akar, kulit akar, batang, kulit batang, daun, bunga, buah, maupun getah tumbuhan. Untuk dapat digunakan, zat warna ini harus diolah terlebih dahulu. Sedangkan pewarna sintesis adalah zat warna buatan.

D.    Proses Pembuatan Batik Tulis Bakaran

1.      Molani
Merupakan langkah pertama yang dilakukan dengan membuat desain atau motif batik. Dalam proses miloni dapat dilakukan dengan menggunakan pensil atau menggunakan kertas yang sudah ada gambar polanya kemudian ditempel dengan kain mori dan caranya diterawang untuk melakukan proses selanjutnya.

2.      Ngengkreng
Merupakan melukiskan lilin pertama kali di kain dengan mengikuti motif pada saat molani. Proses pelukisan dilakukan menggunakan canting yang kainnya disampirkan di atas gawangan.

3.      Isen- isen
Merupakan mengisi motif atau ornamen-ornamen yang telah dibuat pada proses sebelumnya. Isen-isen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu cecek dan sawut. Cecek adalah titik-titik kecil yang membentuk sebuah ornamen dan sawut adalah garis yang diulang-ulang untuk menutup sebuah ornamen yang nantinya akan diwarna sogan (coklat gosong).

4.      Nembok
Merupakan proses menutupi bagian- bagian yang akan tetap berwarna putih dengan menggunakan lilin. Sehingga apabila kain dicelupkan di dalam larutan berwarna, bagian yang di tembok tidak terkena cairan warna.


5.      Medhel
Merupakan proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain di dalam larutan warna.

6.      Kemudian kain di angin- anginkan.

7.      Ngerok
Merupakan proses pengerokan pada ornamen sawut yang nantinya dilakukan pewarnaan sogan dengan menggunakan pisau atau benda logam yang ujungnya tipis dan agak tajam.

8.      Ngremok
Merupakan mengucek atau mencuci bagian yang telah dikerok agar bersih dari lilin.

9.      Mbironi
Merupakan proses penutupan kembali ornamen- ornamen lain yang akan dipertahankan warnanya.

10.  Nyoga
Merupakan proses pencelupan kain ke cairan warna sogan. Bagian ornamen yang tidak tertutup pada saat mbironi akan berwarna sogan.

11.  Nglorot
Merupakan proses menghilangkan lilin (malam) dari kain tersebut dengan cara mencelupkan kain tersebut berulang kali ke dalam air panas diatas tungku sampai lilin benar-benar bersih tidak menempel pada kain.

12.  Kelir
Merupakan proses pembatikan kembali untuk mempertahankan warna pertama dan kedua. Dalam proses kelir akan semakin jelas terlihat motif batik yang akan dibuat.

13.  Melakukan nglorot kembali untuk mendapatkan hasil batik di atas kain agar benar- benar bersih dari lilin.

14.  Menjemur batik sebelum digunakan.


E.     Bentuk Pelestarian Batik Tulis Bakaran

Beberapa cara yang digunakan baik pemerintah maupun masyarakat dalam melestarikan batik tulis bakaran antara lain:
1.      Pemerintah daerah kabupaten Pati mewajibkan pegawai negeri sipil untuk memakai batik tulis Bakaran selama dua kali selama sepekan.
2.      Pemerintah kabupaten Pati mengikut sertakan pengrajin ke sejumlah event pameran mulai dari pameran lokal sampai nasional.
3.      Pemerintah kabupaten Pati menggagas pembentukan pengorganisasian batik tulis sehingga membantu pemodalan pengrajin batik tulis Bakaran.
4.      Para pengrajin banyak yang memiliki showroom- showroom yang memamerkan hasil kerajinan batik mereka.
5.      Beberapa pengrajin batik tulis Bakaran sudah mempunyai website sendiri misalnya batik Tjokro yang mempunyai website www.batik-tjokro.com
6.      Pemerintah kabupaten Pati terus mengusahakan pematenan batik tulis Bakaran. Karena baru 90 motif dari semua pengrajin yang sudah dipatenkan. Hal ini karena minimnya kesadaran dari para pengrajin untuk mematenkan hasil karya mereka. Selain itu dengan mematenkan memerlukan biaya yang cukup mahal sehingga mereka beranggapan lebih baik uang untuk mematenkan digunakan untuk tambahan modal. Selain itu proses pematenan memerlukan waktu yang cukup lama.


F.     Pemasaran Batik Tulis Bakaran

Batik tulis Bakaran pemasarannya masih di pasar- pasar lokal meskipun sudah berada di luar pulau Jawa tetapi belum bisa menembus pasar ekspor. Hal ini karena minimnya modal yang dimiliki oleh pengrajin. Selain itu batik tulis Bakaran masih mempertahankan pakem- pakem dalam motif maupun pembuatannya sehingga motif yang ada banyak yang menganggap masih kuno. Berbeda dengan batik Pekalongan yang menuruti keinginan pasar dalam motifnya sehingga banyak konsumen bahkan bisa menembus pasar ekspor.
Batik tulis Bakaran hanya mampu memenuhi permintaan pasar lokal juga karena minimnya pengrajin batik di desa Bakaran Wetan maupun Kulon. Hal ini disebabkan karena masyarakat Bakaran lebih senang dengan pekerjaan tambak. Mayoritas masyarakat Juwana memang memiliki mata pencaharian sebagai petani tambak baik tambak udang maupun bandeng.

G.   
DOKUMENTASI




H.   

BATIK TULIS BAKARAN

A.    Sejarah Batik Tulis Bakaran

Batik Bakaran merupakan salah satu bentuk hasil kebudayaan yang berasal dari kabupaten Pati. Batik bakaran adalah salah satu hasil kerajinan masyarakat di Desa Bakaran, baik Bakaran Wetan maupun Bakaran Kulon kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Tetapi yang menjadi sentra dari batik Bakaran adalah wilayah Bakaran Wetan. Adanya batik Bakaran tidak terlepas dari sejarah asal berdirinya Desa Bakaran Wetan dan Bakaran Kulon itu sendiri.
Batik Bakaran pertama kali diperkenalkan oleh Nyi Banoewati pada abad ke 14. Nyi Banoewati bersama dengan tiga saudaranya yaitu Ki Dukut, Ki Truno dan Ki Dalang Becak. Keempat saudara tersebut merupakan penjaga pusaka kerajaan Majapahit. Mereka berempat terhimpit oleh desakan kerajaan Demak yang merupakan kerajaan agama Islam yang menyerang kerajaan Majapahit. Sehingga Nyi Banoewati, Ki Dukut, Ki Truno dan Ki Dalang Becak melarikan diri menyusuri Pantai Utara Jawa Timur dan Jawa Barat. Di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Barat Nyi Banoewati, Ki Dukut, dan Ki Truno berpisah dengan Ki Dalang Becak karena Ki Dalang Becak menetap di daerah Tuban.
Nyi Banoewati, Ki Dukut dan Ki Truno kemudian melanjutkan perjalanan hingga ke kawasan rawa- rawa yang penuh pohon druju. Di kawasan rawa- rawa tersebut Nyi Banoewati dan ke dua saudaranya membuka lahan sebagai tempat persembunyian mereka. Nyi Banoewati dan Ki Dukut kemudian membabat rawa tersebut, karena Ki Dukut adalah seorang laki- laki maka dia lebih cepat dan memiliki daerah lebih luas dari Nyi Banoewati. Tidak terima dengan daerah Ki Dukut yang lebih luas maka Nyi Banoewati melakukan perjanjian dengan Ki Dukut yaitu melakukan pembakaran tebu yang bertebaran di kawasan tersebut. Daerah pembakaran tebu terakhir itulah yang akan menjadi daerah Nyi Banoewati. Akhirnya daerah Nyi Banoewati lebih luas dari daerah Ki Dukut. Sehingga kawasan Ki Dukut dinamakan Dukutalit yang merupakan daerah perbatasan sebelah Timur dari Desa Bakaran Wetan. Dukutalit sendiri berasal dari kata pedukuhan alit atau pedesaan kecil. Dan Daerah Nyi Banoewati yang lebih luas kemudian sebagian daerahnya diberikan kepada Ki Truno yang tidak mau membabat alas. Daerah yang diberikan kepada Ki Truno dinamakan Bakaran Kulon dan daerah Nyi Banoewati dinamakan Bakaran Wetan.
Nyi Banoewati kemudian mendirikan sebuah pemukiman di kawasan Bakaran Wetan. Untuk menutupi penyamarannya kemudian Nyi Banoewati mengganti namanya menjadi Nyai Ageng Siti Sabirah. Dia juga mendirikan sebuah masjid tanpa mihrab yang disebut Sigit. Di pelataran Sigit inilah Nyi Banoewati melakukan aktivitas membatik. Yang kemudian diajarkan kepada kepada masyarakat di daerah Bakaran.




B.     Motif Batik Tulis Bakaran

Batik Bakaran memiliki motif klasik dan modern. Motif klasik memiliki ciri khas yaitu berwarna hitam, putih dan cokelat.

1.      Motif Klasik
Ciri- ciri motif klasik:
1.      Ragam hias motif ular, barong, geometris, pagoda.
2.      Setiap coraknya memiliki arti simbolik
3.      Mempunyai warna cenderung gelap ( putih, hitam, cokelat kediaman)
Macam- macam motif klasik:
a.       Gandrung
Motif gandrung merupakan salah satu motif yang dicetakan sendiri oleh Nyi Banoewati. Ketika dia merindukan kekasihnya yaitu Joko Pakuwon, Joko Pakuwon berhasil menemukan Nyi Banoewati sehingga menyebabkan kegembiraan dalam diri Nyi Banoewati. Dari kegembiraannya tersebut tidak sengaja tangannya menuliskan sebuah corak dalam batikannya. Gandrung sendiri berarti adanya rasa gandrung atau senang serta kerinduan.

b.      Sido Mukti
Bila diterjemahkan dalam bahasa Jawa sido berarti jadi atau menjadi dan mukti berarti mulia. Jadi dalam makna yang terkandung dalam batik sido mukti berarti menjadi mulia. Batik sido mukti sering digunakan dalam upacara pernikahan di daerah Pati. Di mana kedua mempelai memakai batik sido mukti dengan harapan kelas pada saat mengarungi bahtera rumah tangga akan menjadi orang yang mulia dan serba kecukupan.
c.       Magel Ati
Magel ati dalam bahasa Jawa berarti menyakitkan hati atau hati merasa kesal. Arti dari motif ini sendiri adalah adanya cecekan silang merupakan suatu simbol yang salah namun masih diugemi oleh masyarakat. Sedangkan  terkotak- kotak maksudnya kaum muda dalam berjuang janganlah terkotak- kotak atau terpecah- pecah karena hasilnya tidak akan baik.

d.      Liris
Liris diciptakan dari inspirasi hujan. Liris sendiri berasal dari hujan rintik- rintik. Motif  udan liris mengajarkan kepada kita generasi penerus bangsa untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi kendala, tetapi justru sebaliknya bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.

e.       Manggaran
Manggaran berasal dari kata manggar yang berarti bunga kelapa dalam bahasa Jawa. Kelapa yang memiliki banyak kegunaan dan keunikan dalam pertumbuhannya mempunyai makna supaya dalam kehidupan kita sebagai manusia harus berguna bagi siapa saja. Selain itu manusia diharapkan dapat menganut tumbuhan kelapa.

f.       Sido Rukun
Dalam bahasa Jawa sido berarti menjadi dan rukun berarti rukun atau damai. Sehingga dalam batik motif sido rukun berarti menjadi damai. Makna dari motif ini adalah supaya kita senantiasa tetap rukun dan damai dalam bermasyarakat.

g.      Padas Gempal
Padas adalah batu karang sedangkan gempal adalah gumpalan. Sehingga padas gempal berarti gumpalan batu karang. Dalam motif padas gempal tergambar bermacam- macam bentuk gumpalan batu karang hal ini memiliki makna bahwa dalam hidup pastilah terdapat suatu perbedaan dalam keberagaman tetapi padas gempal yang ada menimbulkan suatu keindahan tersendiri. Hal ini dengan adanya keberagaman akan menimbulkan keindahan dalam hidup.

h.      Kedelai Kecer
Dalam motif kedelai ecer menggambarkan kedelai yang tercecer dari tempatnya. Hal ini memiliki simbol dari kesejahteraan masyarakat yang akan mendapatkan rezeki yang melimpah.









i.        Kawung
Dalam motif kawung memiliki bentuk dasar oval yang hampir menyentuh satu sama lain secara simetris. Kawung yang berati buah aren sebagai penghasil gula yang menyimbulkan rasa manis, memiliki filosofi keagungan dan kebijaksanaan yang tinggi. Pohon yang lurus tanpa cabang menyimbolkan kejujuran dan kedisiplinan.


j.        Gunung- gunungan
Motif gunungan ini mengandung filosofi kehidupan yang dalam. Dengan mengambil simbol sebuah  gunung melambangkan sebuah kebesaran. Gunung yang merupakan bagian makhluk Tuhan yang mempunyai manfaat besar dalam kehidupan manusia. Gunung menggambarkan keaadaan yang tenang dan sejuk. Terkadang orang yang sering mengunjungi  gunung tingkat kesadarannya akan menghargai dan memelihara alam lebih tinggi di banding mereka yang tinggal di gemerlapnya dunia kota. Puncak gunung adalah tujuan para pendaki. Puncak gunung ini di gambarkan sebuah fokus yang harus dicapai. Dan setelah mencapainya akan merasa terkagum atas keindahannya. Hal itu mengingatkan pada kita semua bahwa untuk mencapai ke puncak itu membutuhkan perjuangan yang hebat dan beberapa pengorbanan, usaha dan tekad yang kuat. Gunung bisa mengilhami kepada dia yang mengunjunginya. Gunung berbentuk besar dan menjulang tinggi. Hal itu juga menyiratkan kita sebuah keinginan luhur. Semua orang pasti menginginkan kehidupannya terus menanjak seperti gunung. Namun untuk mencapai itu semua memerlukan usaha yang keras dan sungguh- sungguh.

k.      Bregat Ireng
Bregat mempunyai arti pohon besar dan ireng artinya keadaan gelap (suasana sedih). Motif ini khusus dipakai saat lelayu.







l.        Geringsing
Gringsing adalah motif sisik ikan. Merupakan hiasan sisik-sisik ikan. Pada Gringsing  ini motifnya semua berisi atau penuh, tidak ada bagian kain yang kosong. Simbol dari sebuah keindahan dan ketelitian oleh masyarakat pantai pesisir.








m.    Blebak Lung
Blebak (latar putih dengan pecahan / retakan warna soga). Lung  artinya pohon ubi jalar. Mengandung arti tak putus-putusnya. Harapannya adalah mendapatkan rizki yang tak putus-putus.



n.      Blebak Urang
Blebak Urang menggambarkan habitat udang. Masyarakat Juwana yang merupakan masyarakat pantai penghasil ikan. Disimbolkan urang (udang) karena masyarakat juwana banyak  yang menjadi petani tambak yang memelihara udang, ikan bandeng dsb. Selain itu menunjukkan sebagai sumber penghasilannya dan sumber penghidupan masyarakat pesisir Juwana.




o.      Blebak Kopik
Kopik dalam bahasa Jawa berarti kartu. Dalam kartu ada sesuatu yang dirahasikan. Hal ini berisi bahwa manusia harus mempunyai sebuah siasat/ strategi untuk menjadi yang terbaik/ yang terdepan.





p.     
Limaran
Limbaran berasal dari kata samparan atau samar- samar.
2.      Motif Modern
Ciri- ciri motif modern:
a.       Ragam hias bebas binatang, tumbuhan, rangkaian bunga dll.
b.      Corak tidak mempunyai arti simbolik tertentu.
c.       Penggunaan warna bebas seperti biru, merah, ungu dsb.
d.      Motif tidak memiliki ciri khas daerah asal
Macam- macam motif modern :
a.      
Motif Kembang Bintang Pecahan                   b.  Motif Kembang Bintang


c.      
Motif Bunga Dwi Warna                                 d.  Motif Anggek

e.      
Motif Bunga Irengan
f.      
Motif Bunga Matahari

g.     
Motif Bunga Mawar Berduri                           h.  Motif Bunga Mawar

i.       
Motif Enda Kembang                                                  j.  Motif Bunga Cinta

j.       
Motif Bunga Sutra                                                         k.  Motif Blebak bambu

l.       
Motif Bunga Ungker                                                    m.   Motif Bunga Druju

n.     
Motif Kembang Bakung                                            o.  Motif Kembang Mlati

o.     
Motif Burung Cendrawasih                                      p.  Motif Burung Sepasang

p.     
Motif Burung Merak

q.     
Motif Dua Kupu- kupu                                               r.  Motif Dua Kupu Bunga

s.      
Motif Manohara                                                              t.  Motif Cucak Rowo

t.       
Motif Burung Emas                                         u.  Motif Hujan Mas

v.     
Motif Kupu Gajah                                           w.  Motif Lung Kupu

x.     
Motif Mahkota                                    y.  Motif Manuk Glatik

z.      
Motif Juwono                                                  aa. Motif Sampek Intai

C.    Alat dan Bahan dalam Membuat Batik Tulis Bakaran

a.       Kain Mori
Merupakan kain yang digunakan sebagai dasar pembuatan batik.

b.      Canting
Terbuat dari tembaga yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menampung lilin dan di ujung belakangnya disambung dengan sebuah bambu kecil yang digunakan sebagai pegangan sehingga canting dapat digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori.

c.       Gawangan dan Bandul
Gawangan terbuat dari bambu atau kayu yang diujung kiri dan kanannya dikasih kaki dari bahan bambu/kayu juga sehingga membentuk sebuah gawang yang berfungsi untuk menyampirkan kain mori tatkala mau dilukis dengan canting dan fungsi bandul disini untuk memberi pemberat supaya kain tidak terbang ketika terkena angin.


d.      Lilin  atau Malam
Lilin adalah malam yang dicairkan yang digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori yang bertujuan untuk menutup kain mori sesuai motif yang diinginkan agar tidak terkena pewarna pada saat kain mori diwarnai sehingga kain yang tertutup lilin akan membentuk motif yang diinginkan pada saat lilin dihilangkan.

e.       Panci dan Anglo
Panci dan Anglo merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan lilin yang akan digunakan untuk membuat pola batik.

f.       Larutan Pewarna
Larutan pewarna bisa berasal dari sintetis atau alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pewarna alam merupakan zat warna yang berasal dari alam, baik dari akar, kulit akar, batang, kulit batang, daun, bunga, buah, maupun getah tumbuhan. Untuk dapat digunakan, zat warna ini harus diolah terlebih dahulu. Sedangkan pewarna sintesis adalah zat warna buatan.

D.    Proses Pembuatan Batik Tulis Bakaran

1.      Molani
Merupakan langkah pertama yang dilakukan dengan membuat desain atau motif batik. Dalam proses miloni dapat dilakukan dengan menggunakan pensil atau menggunakan kertas yang sudah ada gambar polanya kemudian ditempel dengan kain mori dan caranya diterawang untuk melakukan proses selanjutnya.

2.      Ngengkreng
Merupakan melukiskan lilin pertama kali di kain dengan mengikuti motif pada saat molani. Proses pelukisan dilakukan menggunakan canting yang kainnya disampirkan di atas gawangan.

3.      Isen- isen
Merupakan mengisi motif atau ornamen-ornamen yang telah dibuat pada proses sebelumnya. Isen-isen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu cecek dan sawut. Cecek adalah titik-titik kecil yang membentuk sebuah ornamen dan sawut adalah garis yang diulang-ulang untuk menutup sebuah ornamen yang nantinya akan diwarna sogan (coklat gosong).

4.      Nembok
Merupakan proses menutupi bagian- bagian yang akan tetap berwarna putih dengan menggunakan lilin. Sehingga apabila kain dicelupkan di dalam larutan berwarna, bagian yang di tembok tidak terkena cairan warna.


5.      Medhel
Merupakan proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain di dalam larutan warna.

6.      Kemudian kain di angin- anginkan.

7.      Ngerok
Merupakan proses pengerokan pada ornamen sawut yang nantinya dilakukan pewarnaan sogan dengan menggunakan pisau atau benda logam yang ujungnya tipis dan agak tajam.

8.      Ngremok
Merupakan mengucek atau mencuci bagian yang telah dikerok agar bersih dari lilin.

9.      Mbironi
Merupakan proses penutupan kembali ornamen- ornamen lain yang akan dipertahankan warnanya.

10.  Nyoga
Merupakan proses pencelupan kain ke cairan warna sogan. Bagian ornamen yang tidak tertutup pada saat mbironi akan berwarna sogan.

11.  Nglorot
Merupakan proses menghilangkan lilin (malam) dari kain tersebut dengan cara mencelupkan kain tersebut berulang kali ke dalam air panas diatas tungku sampai lilin benar-benar bersih tidak menempel pada kain.

12.  Kelir
Merupakan proses pembatikan kembali untuk mempertahankan warna pertama dan kedua. Dalam proses kelir akan semakin jelas terlihat motif batik yang akan dibuat.

13.  Melakukan nglorot kembali untuk mendapatkan hasil batik di atas kain agar benar- benar bersih dari lilin.

14.  Menjemur batik sebelum digunakan.


E.     Bentuk Pelestarian Batik Tulis Bakaran

Beberapa cara yang digunakan baik pemerintah maupun masyarakat dalam melestarikan batik tulis bakaran antara lain:
1.      Pemerintah daerah kabupaten Pati mewajibkan pegawai negeri sipil untuk memakai batik tulis Bakaran selama dua kali selama sepekan.
2.      Pemerintah kabupaten Pati mengikut sertakan pengrajin ke sejumlah event pameran mulai dari pameran lokal sampai nasional.
3.      Pemerintah kabupaten Pati menggagas pembentukan pengorganisasian batik tulis sehingga membantu pemodalan pengrajin batik tulis Bakaran.
4.      Para pengrajin banyak yang memiliki showroom- showroom yang memamerkan hasil kerajinan batik mereka.
5.      Beberapa pengrajin batik tulis Bakaran sudah mempunyai website sendiri misalnya batik Tjokro yang mempunyai website www.batik-tjokro.com
6.      Pemerintah kabupaten Pati terus mengusahakan pematenan batik tulis Bakaran. Karena baru 90 motif dari semua pengrajin yang sudah dipatenkan. Hal ini karena minimnya kesadaran dari para pengrajin untuk mematenkan hasil karya mereka. Selain itu dengan mematenkan memerlukan biaya yang cukup mahal sehingga mereka beranggapan lebih baik uang untuk mematenkan digunakan untuk tambahan modal. Selain itu proses pematenan memerlukan waktu yang cukup lama.


F.     Pemasaran Batik Tulis Bakaran

Batik tulis Bakaran pemasarannya masih di pasar- pasar lokal meskipun sudah berada di luar pulau Jawa tetapi belum bisa menembus pasar ekspor. Hal ini karena minimnya modal yang dimiliki oleh pengrajin. Selain itu batik tulis Bakaran masih mempertahankan pakem- pakem dalam motif maupun pembuatannya sehingga motif yang ada banyak yang menganggap masih kuno. Berbeda dengan batik Pekalongan yang menuruti keinginan pasar dalam motifnya sehingga banyak konsumen bahkan bisa menembus pasar ekspor.
Batik tulis Bakaran hanya mampu memenuhi permintaan pasar lokal juga karena minimnya pengrajin batik di desa Bakaran Wetan maupun Kulon. Hal ini disebabkan karena masyarakat Bakaran lebih senang dengan pekerjaan tambak. Mayoritas masyarakat Juwana memang memiliki mata pencaharian sebagai petani tambak baik tambak udang maupun bandeng.

G.   
DOKUMENTASI




H.   

3 komentar:

  1. sekitar abad 14-15 M, putra Mpu Santibadra (Tumenggung Wilwatikta) dari Kerajaan Lasem, Pangeran Santidharma (anak ke-8) menjadi Demang di Bakaran, Juwana.

    (kitab CSL dan Badrasanti)

    BalasHapus
  2. artikelnya lengkap sekali gan buat desa Bakaran :)

    untuk desa Bakaran Wetan sekarang sudah memiliki website sendiri
    http://www.bakaranwetan.info

    BalasHapus